Cara Mewujudkan Merdeka Finansial Pasca Menikah Berdasarkan Teori dan Praktik

1 comment
Konten [Tampil]
merdeka-finansial-pasca-menikah


Merdeka finansial menurut OJK yang ditulis dalam situs sikapiuangmu, bukan keadaan dimana seseorang memiliki banyak uang. Lebih dari itu, seseorang sikatakan merdeka finansial ketika bisa hidup dengan pantas, secukupnya, dan bebas utang. Ya karena tidak sedikit orang yang uangnya banyak tapi utangnya juga banyak, kan?

Kondisi merdeka finansial tentu menjadi impian banyak orang. Siapapun pasti ingin hidup bebas, bahagia, dapat memenuhi kebutuhan hidup dan keinginannya sekaligus. Ingat, kondisi ini tidak hanya bisa dicapai ketika punya banyak uang, tapi juga harus kuat secara emosional dan spiritual. Karena pengendalian keuangan tidak hanya dibutuhkan saat seseorang memiliki jumlah uang banyak. Justru saat keuangan terbatas, kita harus berpikir bagaimana caranya tetap merdeka secara finansial.

Dalam kamus seorang muslim, berdasarkan dalil dalam Qur’an dan hadits, menikah adalah salah satu pintu rezeki. Artinya, menurut teori seharusnya hidup seseorang makin sejahtera setelah menikah, bukan sebaliknya, ya? Faktanya tidak selalu demikian. Ada banyak orang menikah namun setelahnya sering merasa kurang dengan rezeki yang dihadapinya.

Tentu ada banyak sisi yang harus kita lihat agar bisa menilai sesuatu secara objektif, sehingga tidak menarik kesimpulan yang salah. Jangan sampai persepsi kita megalahkan dalil sehingga itulah yang terjadi. Karena Allah cenderung mengikuti prasangka hambaNya, kan? Mari kita bahas pelan-pelan untuk memahami cara mewujudkan merdeka finansial dalam keadaan apapun.

Standar Merdeka Finansial

Masih menurut standar OJK nih, ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi untuk mencapai level merdeka finansial. Yaitu sehat secara fisik dan mental, karena kalau sakit parah dan lama pasti mengganggu stabilitas keuangan untuk proses penyembuhan. Kedua tidak cemas tentang masa depan, ketiga siap dana pendidikan anak, keempat punya dana darurat dan kelima kalau harus punya utang, maka pastikan produktif.

Sebelum memperjelas setiap poin tersebut, tentu kita boleh menetapkan standar sendiri yang berbeda. Boleh lebih sederhana, atau bahkan lebih rumit. Semua tergantung kenyamanan masing-masing. Asal dengan standar yang kita buat itu, tidak ada pos keuangan atau pihak yang harus menjadi korban.

1.      Sehat Fisik dan Mental

Untuk mewujudkan sehat fisik dan mental, tentu harus dimulai sedini mungkin. Biasakan menjaga pola hidup, pola makan dan pola pikir yang sehat. Pola hidup sehat artinya cukup waktu istirahat, olahraga dengan baik, punya hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar, dan merasa nyaman dengan diri sendiri.

Pola makan yang sehat tentu mendapat asupan makanan dengan gizi seimbang dan teratur, tidak hanya menyukai makanan tertentu dan menghindari yang justru menyehatkan. Dan terakhir pola pikir yang sehat berarti memiliki cara berpikir yang baik sesuai kebiasaan masyarakat dan dapat berinteraksi dengan baik tanpa terlalu banyak menyimpan perasaan dan menggunakan diri sendiri sebagai standar kebenaran.

Pola hidup, makan dan pikir yang sehat bukan berarti tidak pernah atau tidak boleh sakit. Sebagai manusia tentu wajar jika merasakan sakit, ketidaknyamanan hubungan sosial, atau prasangka terhadap sesuatu. Akan tetapi jadikan hal-hal seperti itu sebagai warna hidup yang sifatnya sementara. Segera selesaikan ketika masalah mulai timbul, segera berobat saat merasakan sakit, dan perbaiki hubungan sebelum semakin buruk. Dengan demikian perhitungan keuangan akan tetap aman tanpa harus mengalami krisis berkepanjangan.

2.      Tidak Mencemaskan Masa Depan

Standar merdeka finansial yang kedua adalah tidak perlu mencemaskan masa depan, karena sudah yakin bahwa yang dipersiapkan cukup untuk dirinya sendiri dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya. Definisi cukup tentu tidak sama untuk setiap orang. Ada yang cukup dengan hidup menghabiskan uang 1 juta rupiah sebulan, ada juga yang butuh 5 juta setiap bulan untuk hidup.

Berapapun kebutuhan rutin kita, sesuaikan dengan kemampuan finansial agar bisa merasakan kemerdekaan tanpa terbebani dengan utang dan bayang-bayang masa depan suram. Satu hal yang terpenting dalam menentukan besar kebutuhan bulanan adalah keterampilan membedakan kebutuhan dan keinginan. Karena seringkali, pengeluaran terjadi untuk menuruti keinginan, bukan kebutuhan.

3.      Siap Dana Pendidikan Anak

Siap dana pendidikan untuk anak adalah standar kemerdekaan finansial khusus bagi pasangan yang ingin memiliki keturunan. Jangan biarkan anak-anak lahir tanpa perencanaan masa depan orang tua, sehingga mereka tumbuh dalam keterbatasan dan dipaksa untuk ikut tersiksa dengan gaya hidup yang diterapkan orang tuanya.

4.      Punya Dana Darurat

Dana darurat adalah salah satu pos penting dalam pengelolaan keuangan yang tidak boleh diisi dengan jatah sisa, tapi harus disisihkan sejak awal. Berapapun pendapatan Anda, harus ada jatah khusus dana  darurat yang bisa digunakan sewaktu-waktu saat dibutuhkan. Sehingga kalaupun ada kekurangan dana, untuk mencari tambahan pun tidak akan terlalu berat.

5.      Utang Produktif

Siapa bilang seorang muslim tidak boleh punya utang? Bahkan Rasulullah saw saat meninggal masih memiliki utang dengan jaminan satu baju besi kepada seorang yahudi. Pada prinsipnya utang adalah boleh dalam Islam, yang tidak boleh adalah utang yang diniatkan untuk tidak dibayar. Usahakan jika harus berutang, maka jadikan pinjaman itu produktif untuk menghasilkan uang, agar utang itu akhirnya bisa dibayar.

Hindari utang untuk kebutuhan konsumtif, kecuali dalam keadaan darurat. Karena urusan utang tidak akan berakhir di dunia ketika kita meninggal, tapi akan diselesaikan hingga akhirat dan pahala kita bisa menjadi penebusnya. Atau jika pahala kita tidak cukup banyak, bersiaplah untuk menanggung dosa orang yang kita utangi tersebut. Na’udzubillahi min dzalik.

merdeka-finansial-pasca-menikah


Kunci Merdeka Finansial Sebelum Menikah

Lalu apa yang harus dilakukan agar merdeka finansial sebelum menikah? Tulisan ini tentu menjadi nasehat bagi diri sendiri, agar tidak kelabakan saat sebelum nikah, hingga nanti setelah menikah. Karena sejatinya pernikahan, meskipun disebut sebagai salah satu pintu rezeki, bukanlah bertujuan menambah kekayaan, melainkan menambah ketaqwaan dalam ibadah terpanjang. Berikut beberapa hal yang harus kita perhatikan sebagai insan jomlo berkualitas:

1.      Manajemen Keuangan

Menerapkan manajemen keuangan atas berapapun pendapatan dan sekecil apapun pengeluaran selalu penting dilakukan, terutama saat masih sendiri. Jika perlu, buat catatan khusus keuangan yang akan memperjelas berapa pendapatan bersih dan pengeluaran rutin bulanan. Pastikan untuk selalu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Memilah antara mana yang benar-benar butuh saat itu atau bisa ditunda, antara keinginan yang harus segera terealisasi atau masih bisa nanti, akan sangat membantu mengatur keuangan lebih baik.

2.      Perbesar Pendapatan Atau Perkecil Pengeluaran?

Pertanyaan dilematis, ya? It’s okay, asal jangan bersembunyi di balik kalimat, “Emang rezekinya segini, mau gimana dong?” lalu membenarkan diri berutang demi kepentingan konsumtif. Jangan begitu, karena sebenarnya jawabanya simple sih, “Yaudah syukuri dulu, atur biar cukup, cari pendapatan tambahan yang halal, banyakin doa, sedekah, semoga berapapun rezeki jadinya berkah.”

Seolah jawaban itu mengolok, “Ngomong doang mah gampang, ya? Belum ngerasain beras habis, bareng telur habis, pampers anak habis, kontrakan harus dibayar, belum cicilan A, B, C, D nanti setelah menikah sendiri, rasain!” Sering sekali rasanya mendengar kalimat semacam itu menjadi dalih bagi orang-orang yang memang tidak mengatur keuangan sejak awal.

Ayolah, tinggalkan kebiasaan menyalahkan orang lain dahulu sebelum menunjuk diri sendiri. Mestinya dibalik, bahwa sesungguhnya ketika kita menghadapi kesulitan, masalah, atau apapun, mulailah menatap kaca dan mencari kesalahan diri. Siapa tahu, justru sebenarnya sejak awal kita yang salah tapi tidak mau mengakuinya?

Berapapun pendapatan kita, selalu tersedia dua pilihan saat rasanya pendapatan tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan. Pertama menambah pendapatan, bisa dari usaha sampingan, bekerja paruh waktu, atau investasi jika punya modal. Atau pilihan kedua, batasi pengeluaran dengan mengesampingkan kebutuhan yang tidak mendesak. Jika tidak mampu makan di Richeese atau nongkrong di Starbucks seminggu dua kali, cukuplah makan di warteg dan nongkrong di pantry tempat kerja. Jauh lebih murah, bukan?

Kunci Merdeka Finansial Pasca Menikah

Setelah menikah, rezeki setiap orang tetap 100%. Pun ketika diamanahi anak, maka rezeki anak juga lengkap 100%, demikianlah ketetapanNya. Dalam Al Qur’an Surah Al Isra’ ayat 31 dan Al An’am ayat 151 Allah tegaskan bahwa setiap anak memiliki rezeki yang dijaminNya. Maka orang tua dilarang membunuh anak yang sudah diciptakanNya karena takut miskin.

Ada beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh pasangan suami-istri agar dapat mencapai kemerdekaan finansial pasca menikah. Jangan sampai saat masih sendiri bisa punya tabungan, keuangan stabil, justru setelah menikah semakin berantakan. Tentu jika ini yang terjadi, bukan salah Sang Maha Pemberi Rezeki, tapi bagaimana pengaturan keuangan dilakukan sehingga rezekiNya yang sudah ditakar cukup, bisa dianggap kurang.

1.      Samakan Persepsi: Mulai dari 0

Rumah tangga di gerbang pernikahan bisa diibaratkan bahtera di Pelabuhan yang siap mengarungi belantara samudera. Baik nahkoda dan seluruh awak kapal tidak mampu memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di tengah lautan sana. Apakah akan bertemu badai terlebih dahulu, ombak tinggi, atau hanya ada angin sepoi-sepoi sepanjang perjalanan.

Seperti halnya orang yang hendak melakukan perjalanan jauh, memiliki bekal yang cukup untuk perjalanan itu adalah persiapan terbaik. Bukan banyaknya harta yang dibutuhkan untuk bekal pernikahan, tapi keterampilan, kesiapan mental, keahlian mengatur keuangan, kecerdasan dalam mengatasi masalah, dan juga iman yang saling menguatkan.

Suami dan istri boleh saja memiliki kebiasaan mengatur uang dengan cara berbeda, gaya hidup berbeda, tapi penting bagi keduanya untuk bisa menyepakati hal mendasar bersama-sama. Mana yang bisa dikompromikan, mana yang harus mengalah, mana yang perlu perjuangan untuk dicapai bersama-sama.

Persepsi “mulai dari 0” layaknya mengisi bensin di SPBU, tidak harus dimulai dengan tangka kosong. Karena setiap pasangan pasti memiliki masa lalu dan kepribadian berbeda. Mulai dari 0 berarti memiliki persepsi yang sama untuk melangkah ke depan, dengan tujuan bersama: meningkatkan taqwa dalam ibadah terpanjang. Semoga dengannya, ridha Allah senantiasa menyertai dan memberkahi setiap limpahan rezeki.

2.      Terapkan Strategi Berhemat

Dalam rumah tangga tentu ada masa saat kemampuan finansial berada di bawah kebutuhan standar. Terapkan strategi berhemat yang tepat agar tidak ada pihak yang harus merasa sakit, karena sebisa mungkin risiko berhemat itu harus ditanggung oleh seluruh pihak yang terlibat. Jangan egois dengan mengorbankan kepentingan pihak lain demi kepentingan diri sendiri. Rumah tangga dapat berjalan dengan baik ketika pasangan bisa saling mendukung, menguatkan, dan mencari solusi bersama, bukan malah sebaliknya.

3.      Tingkatkan Syukur, Turunkan Gengsi

Ketidakmampuan memilah antara kebutuhan dan keinginan umumnya disebabkan oleh gengsi. Sesungguhnya kebutuhan hidup hingga level “cukup” setiap orang sangat terbatas. Sekali makan cukup sepiring, tidak mungkin lima piring sekaligus. Mau dalam sepiring itu harganya 50 ribu, 100 ribu, atau 10 ribu, ketika sampai perut maka tidak ada bedanya.

Sekali berpakaian, kita cukup mengenakan satu pakaian luar dan selapis pakaian dalam. Tidak perlu memakai berlapis-lapis, kecuali seperi jaket, mantel, atau aksesoris yang memang perlu. Sepasang kaki hanya mampu memakai satu pasang sepatu di satu waktu, jadi mengapa harus punya 100 pasang sepatu koleksi tanpa bisa memakainya sekaligus? Bukankah ini berlebihan? Terutama jika kemampuan finansial berada jauh di bawahnya.

Ingat bahwa setiap helai pakaian, pasang sepatu, aksesoris, dan semua harta yang kita miliki kelak akan diminta pertanggungjawaban. Dari mana berasal, dan bagaimana kita menggunakannya. Apakah digunakan untuk meningkatkan taqwa, atau justru sebaliknya? Maka tingkatkan syukur, kurangi gengsi. Karena gengsi tidak akan membuat kita kenyang dan berpuas diri.

4.      Putuskan Untuk Berbahagia

Kunci merdeka finansial pasca menikah adalah dengan memutuskan untuk merasa bahagia. Ya, kita tidak perlu menunggu pendapatan bulanan mencapai 2 digit di rekening, tidak perlu menunggu punya mobil, rumah pribadi, kamar seluas suite room di hotel berbintang lima, tidak. Untuk berbahagia kita hanya perlu memutuskan sendiri. Berbahagialah, dengan segala nikmat yang diberikanNya, semoga menjadikan berkah untuk keluarga dan kehidupan masa depan.

 

Related Posts

1 comment

  1. Biar enggak tersesat pasca menikah maka perlu tahu banyak hal yang akan terjadi dalam pernikahan. Paling tidak ada gambaran tentang perencanaan berdua.

    ReplyDelete

Post a Comment