Masalah Dasar Ekonomi Konvensional Vs Islam

2 comments
Konten [Tampil]
Sumber: Google


Sistem ekonomi Islam diklaim berbeda dengan system ekonomi konvensional. Perbedaan ini berasal dari ideologi yang merupakan pokok pikiran dari bangunan sistem multi-komplek dan berimbas pada banyak hal sebagai konsekwensinya.


Tulisan ini akan membahas secara ringkas perbedaan antara Dasar Ekonomi Islam (DEI) dengan Dasar Ekonomi Konvensioan (DEK)

Problem Dasar Ekonomi Menurut Pandangan Ekonomi Konvensional.

Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial menimbulkan interaksi untuk memenuhi kebutuhan antar individu baik barang maupun jasa. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, muncul problem yang dianggap paling dasar sebagai problem ekonomi, diantaranya:

1.       Kebutuhan manusia tidak terbatas
2.       Sarana pemenuhan kebutuhan manusia terbatas

Sehingga muncul masalah kelangkaan.

Kelangkaan barang dan jasa timbul karena ketidakseimbangan antara ketersediaan barang dan jasa dengan kebutuhan manusia. Tiga masalah yang ditimbulkan oleh kelangkaan tersebut adalah: Apa, Bagaimana, dan Untuk siapa.

Apa, menentukan barang dan jasa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya. Bagaimana, membahas cara produksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh manusia. Dan untuk siapa komoditi tersebut di produksi. Dalam pembahasan di buku-buku ekonomi umum, masalah dasar ekonomi diistilahkan sebagai tiga faktor utama: produksi, distribusi dan konsumsi.

Menurut teori ekonomi konvensional yang digawangi oleh Adam Smith melalui karya monumentalnya “The Wealth of Nation”, menyatakan bahwa sifat egois manusia tidak akan merusak masyarakat dan tatanan ekonomi selama persaingan bebas berlaku.

Dalam mekanisme persaingan bebas, pasar dibiarkan membentuk harga barang melalui proses naik dan turunnya permintaan dan penawaran. Persaingan bebas yang adil akan membentuk keseimbangan harga yang tidak akan menimbulkan kecuranganteori ini meyakini adanya invisible hands yang akan menjaga persaingan harga berjalan dengan baik.

Gerak permintan dan penawaran serta harga yang terbentuk dianggap mampu menyelesaikan problem ekonomi di tengah kehidupan sosial manusia. Jika permintaan barang naik, maka harga akan cenderung naik. Begitu pula sebaliknya. Jika permintaan turun harga akan cenderung naik.

 Problem Dasar Ekonomi Menurut Pandangan Ekonomi Islam
Ekonomi Islam memiliki pandangan dasar yang berbeda dengan system ekonomi lain. Berdasarkan dalil dalam Al Qur’an maupun sunnah, dinyatakan bahwa sesungguhnya manusia tidak memiliki masaah dengan system produksi dan konsumsi. Bahan baku untuk memenuhi kebutuhan manusia sudah tersedia di alam secara emlimpah. Mulai dari kebutuhan mentah seperti barang tambang dan hasil bumi, hingga segala sesuatu yang siap saji. Bahkan makanan bagi setiap makhluk di bumi sudah dijamin olehNya. Maka seharusnya tidak ada manusia yang merasa perlu menjual diri,meminta-minta, bahkan idak bisa makan tiga kali sehari dan hidup memprihatinkan. Namun faktanya, semua itu masih ada.

Islam sebagai agama sempurna dan paripurna diturunkan bukan untuk menyelesaikan masalah produksi, distribusi dan konsumsi secara khusus. Kesempurnaan Islam-lah yang seharusnya menjadikan pemeluknya mampu menyelesaikan problem ekonomi berdasarkan aturan dan dasar agama.

Persoalan produksi dalam ekonomi cukup diserahkan kepada akal manusia, yang dengan naluri asasinya selalu ingin memenuhi kebutuhan hidup dan menyelesaikan problem produksi. Manusia dengan naluri dan akal pikirannya mampu mencari makanan dari alam, menggalibumi dan mengubah apa yang terdapat di dalamnya menjadi berbagai macam alat, dengan ketrampilannya bisa mengubah satu bentuk barang menjadi bentuk yang lain sekaligus menukarnya menjadi lembaran uang, dan sebagainya.

Begitu juga soal konsumsi, manusia tidak perlu diajari berulang kali untuk makan dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Masalah utama dalam interaksi sosial manusia dan kehidupan ekonomi sesungguhnya muncul justru setelah manusia mampu memproduksi barang dan jasa tersebut. Ketika barang dan jasa selesai di produksi kemudian dilempar ke pasar, terjadilah persaingan harga. Masalah ekonomi sesungguhnya muncul ketika barang dan jasa yang sudah diproduksi beredar di tengah masyarakat. System ekonomi konvensional melalui mekanisme pasar bebas terbukti tidak mampu menyelesaikan problem tersebut. Barang tertentu beredar di kalangan tertentu, kesenjangan ekonomi makin terasa karena golongan orang-orang kaya semakin berkuasa dan mereka yang miskin semakin tertindas.

Mekanisme pasar bebas dianggap gagal menyelesaikan masalah distribusi barang dan jasa dalam interaksi sosial manusia karena:

1.       Hanya bertumpu pada harga. Sehingga dstribusi hanya bersifat ekonomi dan hanya memiliki nilai ekonomi. Akibatnya, barang dan jasa hanya dapat berputar pada kalangan orang-orang yang memiliki akses ekonomi. Mereka yang tidak memiliki akses ekonomi dengan sendirinya akan “tersingkir” dari peredaran.

2.       Adanya perbedaan kepemilikan asal. Kekayaan alam yang tersedia sejak awal tidak dibagi rata untuk semua umat manusia. Ada orang-orang yang telahir kaya, menguasai beberapa pos dagang, ada menguasai akses ekonomi, Tapi tidak sedikit orang-orang yang tidak memiliki akses ekonomi sehingga perbedaan tersebut bisa dianggap tidak adil sejak awal ketika berhadapan dengan mekanisme pasar bebas.  

3.       Fakta barang dan jasa yang ada di pasar. Tidak semua barang dan jasa perlu melalui proses produksi dengan campur tangan manusia. Beberapa barang dapat dikonsumsi langsung dari alam tanpa melalui proses produksi, sehingga orang-orang yang menguasai kekayaan alam memiliki peluang yang lebih baik untuk menguasai ekonomi. Kenyataan ini membuat mekanisme persaingan bebas semakin sulit mewujudkan keadilan dalam distribusi barang dan jasa.

4.       Struktur harga mudah terdistorsi. Harga dalam mekanisme pasar bebas terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran. Karena adanya pihak-pihak tertentu yang menguasai akses ekonomi, sangat mungkin harga dikendalikan dan dimanipulasi dengan kekuatan opini, jaringan dan informasi pihak-pihak tertentu. Kebutuhan barang dan jasa semu juga mudah diciptakan dengan akses yang mereka miliki.

5.       Berkembangnya pasar-pasar semu. Pada mekanisme pasar bebas, tidak ada Batasan barang dan jasa yang perlu diproduksi. Semua barang dan jasa bisa diproduksi asal memenuhi prinsip permintaan dan penawaran. Akhirnya, tidak hanya komoditi riil yang diproduksi, melainkan juga barang dan jasa non riil. Komoditi non riil inilah yang kemudian melahirkan pasar modal, pasar uang, pasar valas, dsb. Timbul apa yang disebut dengan sector keuangan dan sector riil. Keduanya memiliki hubungan yang tidak terlalu kuat karena seolah sudah berjalan di atas roda masing-masing. Kemudian, distribusi ekonomi semakin timpang.


Lalu bagaimana Eknomi Islam menyelesaikan problem tersebut? Nantikan di posting berikutnya ya.

#ODOP
#Ekis
#ReviewMateri
#Flashback

Related Posts

2 comments

  1. Tulisan kak Kifa menambah pengetahuan baru bagiku. Mmuuaah

    ReplyDelete
  2. Yg blg bank konvensional halal.. alhamdulillah..

    Yg blg bank syariah halal alhamdulillah..

    Yg haram kui siji..
    Ngelek2no bank.. tapi keperluan transaksi sek pke produk2 bank, opo maneh gajian masuk lewat bank..

    Sek mending ngelek2no/kritik.. tapi enek usaha berbuat sesuatu yang sifatny mengentaskan riba yg mencekik..

    Nek cuma isone maido, cah SD ae yo iso 🤦

    ReplyDelete

Post a Comment