Bagaimana Mengatur Keuangan dan Aset Saat Pandemi?

Post a Comment
Konten [Tampil]
keuangan saat pandemi


Pandemi telah mengubah banyak hal dalam hidup, ya? Pengaturan keuangan saat pandemi pun butuh strategi baru. Kita yang bisanya bebas jalan-jalan, menikmati macet, mencicipi berbagai masakan kuliner nusantara, bahkan luar negeri, dan mengembangkan bisnis, sekarang semua serba terbatas. Perjalanan dibatasi, kapasitas ruang dikurangi, jalanan hampir selalu sepi, dan sebagainya.

Dunia bisnis pun terkena imbas. Sebagian melonjak, seperti bidang kesehatan yang hampir selalu kuwalahan menghadapi pasien dan permintaan obat. Permintaan sayur organik juga terus naik. Bisnis herbal tak kalah bersaing meraup keuntungan. Namun ada juga sektor yang harus jadi korban, bahkan gulung tikar. Penjaja makanan kaki lima hingga restoran bintang lima misalnya. Mall, toko baju dan perhiasan juga sepi pengunjung.

Prinsip Mengatur Keuangan dan Aset Saat Pandemi

Tulisan ini merupakan ulasan dari talkshow online yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Oni Sahroni, MA bersama Republika, tanggal 26 Desember 2020. Beliau adalah pengasuh rubrik Konsultasi Syariah Republika. Selain itu, beliau adalah seorang pakar ekonomi syariah kontemporer yang sering bekerjasama dengan Ust Adiwarman Azwar Karim. Baik di dunia akademik mapupun praktis.

Setidaknya ada empat pos keuangan yang harus diperhatikan selama masa pandemi. Baik dalam rumah tangga skala kecil, keluarga besar hingga perusahaan. Namun dalam pembahasan ini, fokus pada bagaimana mengatur keuangan dan aset keluarga saat pandemi. Terutama peran suami dan istri dalam mengatur aset dan keuangan.

- Manajemen Sumber Pendapatan Saat Pandemi

Dalam mengumpulkan pendapatan baik melalui bekerja atau menjalankan usaha, minimal ada empat hal yang harus diperhatikan agar pengaturan keuangan saat pandemi tetap lancar. Pertama, adalah memastikan usaha atau pekerjaan yang dijalani saat ini halal. Ini penting dan harus menjadi prinsip. Bahwa pekerjaan atau uasaha halal adalah pintu keberkahan pendapatan.

Jika pendapatan berasal dari sumber yang haram, maka tidak salah jika ada hal-hal yang di luar kuasa untuk berusaha “membersihkannya”. Bisa jadi melalui musibah, ujian, atau semacamnya. Bisa jadi melalui hambatan atau bahkan rezeki yang tak terbilang, karena Allah swt justru ingin menjerumuskannya dalam harta, namun menjauhkannya dari berkah.

Kedua adalah profesionalitas dan keseimbangan. Profesional berarti bekerja maksimal sesuai porsi, hingga menghasilkan prestasi terbaik. Sedankan keseimbangan berarti seimbang dalam menjalani hidup di dunia dan mempersiapkan kehidupan akhirat. Benar bahwa kehidupan dunia penting. Tapi kehidupan akhirat juga harus disiapkan sejak sekarang. Maka bekerja harus profesional, namun saat kewajiban sholat memanggil, segerakan.

Begitu juga dengan kewajiban agama lainnya, bukankah sejak bangun tidur hingga tidur lagi bisa bernilai ibadah? Maka maksimalkan saja semuanya sehingga dinilai sebagai ibadah, bukan duniawi semata. Ketiga adalah jika seorang istri harus bekerja, maka pastikan untuk mendapat ridha suaminya. Karena dengan ridha itu, terbukalah pintu surga untuknya. Selain itu, tanggung jawab sebagai istri da ibu juga jangan sampai terbengkalai.

Keempat, adalah mengutamakan musyawarah, rasa syukur dan qona’ah, rasa menerima setiap nikmat dan ketetapanNya. Dengan mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputsan terkait upaya menambah pendapatan semua pihak akan merasa diuntungkan. Selain itu sikap syukur dan menerima setiap takdir baik dan buruk akan meningkatkan rasa cukup atas nikmat yang sudah dibeli.

- Manajemen Pengeluaran Saat Pandemi

Dalam mengatur pengeluaran saat pandemi perlu diperhatikan bahwa yang harus diutamakan pertama kali dalam pengeluaran adalah kebutuhan atau hajat asasi. Seperti kebutuhan untuk pangan, obat atau ketersediaan perlengkapan kesehatan. Juga kebutuhan kuota dan jaringan internet stabil. Ini penting bagi keluarga yang harus menjalani pekerjaan atau sekolah jarak jauh.

Hal kedua yang harus diperhatikan dalam mengatur pengeluaran saat pandemi adalah bagaimana memusyawarahkan kepemilikan barang di rumah. Alangkah jauh lebih baik jika antara suami dan istri saling percaya untuk mengelola semua aset yang dimiliki bersama. Kesjasama ini akan menghasilkan kinerja yang tanpa saling menyalahkan, justru saling menutupi kekurangan.

Hal ketiga yang harus diperhatian dalam pengaturan keuangan adalah orang tua dan mertua. Sejatinya mertua adalah orang tua juga. Posisinya sama persis tanpa ada pengecualian. Karena mertua adalah orang tua pasangan, yang berarti orang tua kita juga. Berikan hak mereka, penuhi kebutuhan dan apapun yang mereka perlukan untuk merasa nyaman. Sesungguhnya upaya balasan anak kepada orang tua tidak akan pernah sebanding.

Selanjutnya mengenai manajemen investasi serta prioritas zakat dan infaq akan dibahas dalam posting berikutnya. Begitu juga mengenai berbagai masalah yang mungkin belum terjawab dalam poin di atas, akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan berikutnya. 

Related Posts

Post a Comment